Akupun mulai membereskan tumpukan buku-buku hasil coretan di SMP, kini mereka harus bersahabat dengan debu di dalam kotak kardus yang ku simpan di atas loteng. Masa di SMP telah usai dan kini masa di SMA sudah menungguku. Entah cerita buruk atau cerita seru yang nantinya akan ku jalani, yang jelas aku merasa takut setengah mati jika nantinya mereka tahu tentang apa yang sudah ku kerjakan selama ini. Aku begitu takut berteman, yang sudah-sudah, mereka selalu menjauhiku begitu tahu siapa aku.
Hari pertama di SMA kakiku serasa diikat di tiang beton berdiameter 2m, berat tuk melangkah, rasa takutpun selalu menghantui dan seakan mencemooh diriku, menjulurkan lidah sambil berkata, norak, memalukan! Tapi apa daya, ku tak bisa berpaling dari kehidupan ini. “Hai,….kamu masuk di kelas mana, barengan yuk!”,sebuah suara lembut menyadarkanku dari lamunanku. Seorang gadis cantik yang dari penampilannya saja mudah di tebak, dia anak orang kaya. “Eh….em… aku masuk di kelas X-1”. “ Wah kebetulan sekali aku sekelas dengan mu, kalau begitu kita berteman ya, karena sampai sekarang aku masih belum punya temen di sekolah ini,”celotehnya dengan keceriaan yang menggebu-gebu. Seakan merasa terbang keawan yang kemudian di lemparkan sekeras-kerasnya ketanah begitu sadar bila suatu saat nanti pasti dia tidak akan mau berteman lagi denganku, sama seperti temanku dulu. “Namaku Vanessa, kamu bisa panggil aku nessa, umurku 15 tahun hari Rabu ini, rumahku di daerah…..”,sambil berjalan menuju kelas, dia terus memperkenalkan dirinya dengan tempo yang cepat sekali,mungkin sampai tidak sempat mengambil napas. Aku senang bisa berteman dengannya, gadis cantik yang selalu ceria dan penuh semangat. Sampai dikelas kami memilih tempat duduk paling belakang, sebenarnya aku tidak nyaman duduk di belakang, tapi atas desakan Vanessa akhirnya aku tidak bisa menolaknya. Alasannya sih simple, karena dia ingin bisa ngobrol banyak denganku,dan yang tidak boleh ketinggalan, bila duduk di belakang bisa leluasa menyontek disaat ujian. Yah begitulah Nessa, anak yang ceria,usil dan nakal.
Hari pertama di SMA begitu menyenangkan dengan hadirnya Nessa di dekatku. Lama kita mengobrol, dating segerombolan perempuan yang bergaya modis dengan headset yang menggantung di telinga mereka. Mataku tak berkedip malihat betapa cantiknya mereka. Pasti musik yang mereka dengar adalah lagu –lagu modern, mana mungkin mereka suka dengan musik keroncong, dan mendayu-dayu.” Gita, kamu tidak mendengar ceritaku ya?”, teriakan Nessa yang sadar kalau dia tidak kuhiraukan, membuyarkan lamunanku. “ Eh… maaf ya Nessa tadi aku melamun,maaf ya”, jawabku merasa bersalah. Untungnya Nessa tidak marah dan mulai melanjutkan cerita panjangnya,yang mungkin jika tidak segera dihentikan tidak akan selesei sehari semalam.
Betapa senangnya melihat seorang guru memasuki kelas kami, secara otomatis Nessa mengakhiri cerita panjangnya itu. Untuk pertama kalinya aku merasa senang dengan kehadiran seorang guru, setidaknya aku tidak semakin bosan dengan semua cerita Nessa. “Gita,makasih ya dah mau jadi temen aku, baru kamu yang betah dengar semua ceritaku, kamu memang pendengar yang baik”, ucap Vanessa dengan wajah tak berdosa. “Oh itu, biasa ja kok, ku senang mendengar cerita kamu”, jawabku menghibur. “Wah senangnya punya teman sebaik kamu Gita, baiklah aku berjanji mulai hari ini aku akan menceritakan banyak cerita-cerita seru kepada kamu, kamu pasti akan suka”. What…? Apa dia bilang, ya Tuhan salah apakah aku ini ya Tuhan, setiap hari harus mendengar celoteh Nessa dengan cerita-ceritanya yang tidak ku mengerti. Apa karena aku saat di SMP jarang mengerjakan PR dan tugas? Atau karena aku jarang bersih-bersih rumah? Sampai-sampai aku harus mendapat teman secerewet Nessa. Huch , setidaknya dia sudah mau berteman denganku. Saat ini dia adalah teman terbaikku, kemana aku pergi dia selalu menemaniku, sampai-sampai saat aku ke toilet dia juga ikut. Aku sangat sayang padanya.
Haripun berganti bulan,bulan berganti tahun, tahun-tahun yang menyenangkan bersana Nessa. “ Gita selama aku berteman denganmu aku belum pernah sekalipun kau perbolehkan kerumahmu, jadi nanti pulang sekolah bolehkan aku mampir kerumahmu,ya kumohon”,pinta Vanessa dengan nada manjanya. “Aduh Vanessa akukan sudah bilang jangan kerumahku dulu,rumahkukan jelek”. “Ah kamu pelit banget sih,yaudah dech tidak masalah”,sahut Nessa merasa kecewa.
Sampai di rumah rasa takut itupun muncul lagi, rasa yang sudah lama sekali tidak kurasakan. Aku belum siap, aku belum siap untuk kehilangan Nessa, bagaimanapun caranya Nessa tidak boleh tahu apa yang telah terjadi padaku selama ini. Tuhan tolong jangan rebut satu-satunya sahabat yang saat ini ku punya. Sebenarnya aku yakin kalaupun dia tahu siapa aku, pasti dia tidak akan meninggalkanku, tapi aku malu, sungguh malu dengan hidupku ini. Untuk membiayai bundaku yang sakit-sakitan ayahku harus ekstra keras, hal yang bisa kulakukan hanya berusaha untuk membantunya. Hingga suatu saat ayah terpergok mencuri seekor ayam milik tetangga,hal ini terpaksa dia lakukan karena kami sudah tidak punya apapun untuk dijual tuk berobat bunda. Dari mulai saat itu keluargaku dikucilkan, dan dianggap hina! Kejadian ini tak hanya berpengaruh pada keluargaku, ini juga berimbas pada pergaulanku. Semenjak itu aku selalu dijauhi teman-temanku. Hal itulah yang membuatku menjadi krisis percaya diri. Yang sudah-sudah, aku mendapat celaan dari teman-temanku. “Hah, anak pencuri.., demi uang apapun bias dia lakukan, memalukan sekali sih!”. “ Wah uangnya banyak dong. Yaiyalah banyak, banyak dapet dari mencuri!ha…ha…ha…!” Kata-kata itu seakan menusuk langsung ke dalam inti hati. Apa salahnya sih, aku tidak mencuri tapi kenapa aku yang mendapat imbasnya? Tapi saat ini memang tidak bisa dipunkiri bahwa semua sudah mengenalku dengan sebutan Si anak pencuri, aku pasti sudah dianggap sampah, serta memalukan. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi aku akan tetap bertahan untuk meneruskan sekolahku yang hanya tinggal selangkah lagi.Selama jalan ini masih ku anggap benar aku akan coba tuk berjalan lurus, tanpa menghiraukan apa tanggapan mereka tentang diriku.
Sampai saat ini Nessa belum tahu masalah ini , karena itu aku melarangnya untuk datang ke rumahku. Aku takut begitu dia tahu kehidupanku yang kelam itu dia tidak mau berteman lagi denganku. Hari ini Nessa memaksaku lagi untuk bersikeras memperbolehkan dia dating mengunjungi rumahku, tapi tetap pada pendiirianku aku tidak akan pernah membiarkan dia lakukan itu. Sepulang sekolah aku langsung bergegas pulang, tapi sebelum itu aku harus membeliikan obat untuk bundaku dulu. Jantungku serasa berhenti berdetak untuk beberapa saat, di depan pintu Nessa sudah menyambutku dengan pipi merah padamnya. Dengan langkah tertatih aku memberanikan diri untuk menghampirinya!Yaaahhhh… seperti yang ku bayangkan, dia mulai berpidato panjang tentang masalah ini, membuat telingaku menjadi semakin panas. Tapi satu hal yang ku syukuri pada Tuhan. Aku punya sahabat yang tak pernah memandang arti sebuah pangkat dalam kehidupan. Meski dia sudah mengetahui semua hal yang terjadi pada hidupku, Nessa tetap setia tuk bersahabat dengan ku.
Kujalani hariku tanpa rasa takut lagi, Nessa telah meringankan beban di pundakku. Mengerti arti sebuah persahabatan yang tak akan pernah berakgir meski badai topan menerjang. Nessa telah mengajariku arti sahabat yang sebenarnya. Menerima dengan lapang, membuat kelemahan jadi kelebihan, selalu tersenyum jalani hari. Memang Nessa adalah teman yang berharga tuk hidupku. Menyalakan sepercik api dari sebatang kayu yang telah lapuk dan basah. Membuatku berani tuk melangkah.
Dann……hari ini aku jalani hariku penuh dengan senyum, dan keceriaan, tak ketinggalan disertai cerita-cerita panjang yang terurai dari mulut mungil Nessa. Terimakasih Nessa.
By: Tka merrya
Hari pertama di SMA kakiku serasa diikat di tiang beton berdiameter 2m, berat tuk melangkah, rasa takutpun selalu menghantui dan seakan mencemooh diriku, menjulurkan lidah sambil berkata, norak, memalukan! Tapi apa daya, ku tak bisa berpaling dari kehidupan ini. “Hai,….kamu masuk di kelas mana, barengan yuk!”,sebuah suara lembut menyadarkanku dari lamunanku. Seorang gadis cantik yang dari penampilannya saja mudah di tebak, dia anak orang kaya. “Eh….em… aku masuk di kelas X-1”. “ Wah kebetulan sekali aku sekelas dengan mu, kalau begitu kita berteman ya, karena sampai sekarang aku masih belum punya temen di sekolah ini,”celotehnya dengan keceriaan yang menggebu-gebu. Seakan merasa terbang keawan yang kemudian di lemparkan sekeras-kerasnya ketanah begitu sadar bila suatu saat nanti pasti dia tidak akan mau berteman lagi denganku, sama seperti temanku dulu. “Namaku Vanessa, kamu bisa panggil aku nessa, umurku 15 tahun hari Rabu ini, rumahku di daerah…..”,sambil berjalan menuju kelas, dia terus memperkenalkan dirinya dengan tempo yang cepat sekali,mungkin sampai tidak sempat mengambil napas. Aku senang bisa berteman dengannya, gadis cantik yang selalu ceria dan penuh semangat. Sampai dikelas kami memilih tempat duduk paling belakang, sebenarnya aku tidak nyaman duduk di belakang, tapi atas desakan Vanessa akhirnya aku tidak bisa menolaknya. Alasannya sih simple, karena dia ingin bisa ngobrol banyak denganku,dan yang tidak boleh ketinggalan, bila duduk di belakang bisa leluasa menyontek disaat ujian. Yah begitulah Nessa, anak yang ceria,usil dan nakal.
Hari pertama di SMA begitu menyenangkan dengan hadirnya Nessa di dekatku. Lama kita mengobrol, dating segerombolan perempuan yang bergaya modis dengan headset yang menggantung di telinga mereka. Mataku tak berkedip malihat betapa cantiknya mereka. Pasti musik yang mereka dengar adalah lagu –lagu modern, mana mungkin mereka suka dengan musik keroncong, dan mendayu-dayu.” Gita, kamu tidak mendengar ceritaku ya?”, teriakan Nessa yang sadar kalau dia tidak kuhiraukan, membuyarkan lamunanku. “ Eh… maaf ya Nessa tadi aku melamun,maaf ya”, jawabku merasa bersalah. Untungnya Nessa tidak marah dan mulai melanjutkan cerita panjangnya,yang mungkin jika tidak segera dihentikan tidak akan selesei sehari semalam.
Betapa senangnya melihat seorang guru memasuki kelas kami, secara otomatis Nessa mengakhiri cerita panjangnya itu. Untuk pertama kalinya aku merasa senang dengan kehadiran seorang guru, setidaknya aku tidak semakin bosan dengan semua cerita Nessa. “Gita,makasih ya dah mau jadi temen aku, baru kamu yang betah dengar semua ceritaku, kamu memang pendengar yang baik”, ucap Vanessa dengan wajah tak berdosa. “Oh itu, biasa ja kok, ku senang mendengar cerita kamu”, jawabku menghibur. “Wah senangnya punya teman sebaik kamu Gita, baiklah aku berjanji mulai hari ini aku akan menceritakan banyak cerita-cerita seru kepada kamu, kamu pasti akan suka”. What…? Apa dia bilang, ya Tuhan salah apakah aku ini ya Tuhan, setiap hari harus mendengar celoteh Nessa dengan cerita-ceritanya yang tidak ku mengerti. Apa karena aku saat di SMP jarang mengerjakan PR dan tugas? Atau karena aku jarang bersih-bersih rumah? Sampai-sampai aku harus mendapat teman secerewet Nessa. Huch , setidaknya dia sudah mau berteman denganku. Saat ini dia adalah teman terbaikku, kemana aku pergi dia selalu menemaniku, sampai-sampai saat aku ke toilet dia juga ikut. Aku sangat sayang padanya.
Haripun berganti bulan,bulan berganti tahun, tahun-tahun yang menyenangkan bersana Nessa. “ Gita selama aku berteman denganmu aku belum pernah sekalipun kau perbolehkan kerumahmu, jadi nanti pulang sekolah bolehkan aku mampir kerumahmu,ya kumohon”,pinta Vanessa dengan nada manjanya. “Aduh Vanessa akukan sudah bilang jangan kerumahku dulu,rumahkukan jelek”. “Ah kamu pelit banget sih,yaudah dech tidak masalah”,sahut Nessa merasa kecewa.
Sampai di rumah rasa takut itupun muncul lagi, rasa yang sudah lama sekali tidak kurasakan. Aku belum siap, aku belum siap untuk kehilangan Nessa, bagaimanapun caranya Nessa tidak boleh tahu apa yang telah terjadi padaku selama ini. Tuhan tolong jangan rebut satu-satunya sahabat yang saat ini ku punya. Sebenarnya aku yakin kalaupun dia tahu siapa aku, pasti dia tidak akan meninggalkanku, tapi aku malu, sungguh malu dengan hidupku ini. Untuk membiayai bundaku yang sakit-sakitan ayahku harus ekstra keras, hal yang bisa kulakukan hanya berusaha untuk membantunya. Hingga suatu saat ayah terpergok mencuri seekor ayam milik tetangga,hal ini terpaksa dia lakukan karena kami sudah tidak punya apapun untuk dijual tuk berobat bunda. Dari mulai saat itu keluargaku dikucilkan, dan dianggap hina! Kejadian ini tak hanya berpengaruh pada keluargaku, ini juga berimbas pada pergaulanku. Semenjak itu aku selalu dijauhi teman-temanku. Hal itulah yang membuatku menjadi krisis percaya diri. Yang sudah-sudah, aku mendapat celaan dari teman-temanku. “Hah, anak pencuri.., demi uang apapun bias dia lakukan, memalukan sekali sih!”. “ Wah uangnya banyak dong. Yaiyalah banyak, banyak dapet dari mencuri!ha…ha…ha…!” Kata-kata itu seakan menusuk langsung ke dalam inti hati. Apa salahnya sih, aku tidak mencuri tapi kenapa aku yang mendapat imbasnya? Tapi saat ini memang tidak bisa dipunkiri bahwa semua sudah mengenalku dengan sebutan Si anak pencuri, aku pasti sudah dianggap sampah, serta memalukan. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi aku akan tetap bertahan untuk meneruskan sekolahku yang hanya tinggal selangkah lagi.Selama jalan ini masih ku anggap benar aku akan coba tuk berjalan lurus, tanpa menghiraukan apa tanggapan mereka tentang diriku.
Sampai saat ini Nessa belum tahu masalah ini , karena itu aku melarangnya untuk datang ke rumahku. Aku takut begitu dia tahu kehidupanku yang kelam itu dia tidak mau berteman lagi denganku. Hari ini Nessa memaksaku lagi untuk bersikeras memperbolehkan dia dating mengunjungi rumahku, tapi tetap pada pendiirianku aku tidak akan pernah membiarkan dia lakukan itu. Sepulang sekolah aku langsung bergegas pulang, tapi sebelum itu aku harus membeliikan obat untuk bundaku dulu. Jantungku serasa berhenti berdetak untuk beberapa saat, di depan pintu Nessa sudah menyambutku dengan pipi merah padamnya. Dengan langkah tertatih aku memberanikan diri untuk menghampirinya!Yaaahhhh… seperti yang ku bayangkan, dia mulai berpidato panjang tentang masalah ini, membuat telingaku menjadi semakin panas. Tapi satu hal yang ku syukuri pada Tuhan. Aku punya sahabat yang tak pernah memandang arti sebuah pangkat dalam kehidupan. Meski dia sudah mengetahui semua hal yang terjadi pada hidupku, Nessa tetap setia tuk bersahabat dengan ku.
Kujalani hariku tanpa rasa takut lagi, Nessa telah meringankan beban di pundakku. Mengerti arti sebuah persahabatan yang tak akan pernah berakgir meski badai topan menerjang. Nessa telah mengajariku arti sahabat yang sebenarnya. Menerima dengan lapang, membuat kelemahan jadi kelebihan, selalu tersenyum jalani hari. Memang Nessa adalah teman yang berharga tuk hidupku. Menyalakan sepercik api dari sebatang kayu yang telah lapuk dan basah. Membuatku berani tuk melangkah.
Dann……hari ini aku jalani hariku penuh dengan senyum, dan keceriaan, tak ketinggalan disertai cerita-cerita panjang yang terurai dari mulut mungil Nessa. Terimakasih Nessa.
By: Tka merrya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar