Jumat, 10 Maret 2017

Untuk Suamiku

Lelaki itu, tak lain adalah lelaki yang berjuang mati-matian yang membuang seluruh waktu pentingnya hanya untuk meluangkan waktunya untuk bersamaku. Lelaki yang selalu kutekan untuk menjauh dari ku.

23 April 2016 dia sudah menjadi lelaki hebatku. Tekatnya yang begitu keras tak layak untuk diredamkan. Menuntunku menuju pelaminan tanpa tau betapa banyak duri yang dulunya diinjak hanya untuk menujuku. Betapa aku ingin meronta melihat jerih payahnya.

Tetes peluhnya kini jadi kebanggaannya. Hal yang aku anggap tak mungkin, ditanggannya tak pernah ada yang tak mungkin. Lelaki ini yang mulai dari 23 April 2016 yang akan menjadi imam dari segala imam hidupku.

Wahai pelindung kehormatanku kini tak perlu engkau berjuang sendiri, tak perlu engkau berpeluh sendiri, kini jadikan aku penopangmu, berbahagialah kini denganku, bersakitlah juga dipelukku.
Wahai engkau penghias mata dan hatiku, tau kah engkau, aku mulai mengagumimu ketika wajahmu terlihat polos terlelap pulang kerja. Dan aku tak pernah bisa untuk menahan mencium keningmu, yang membuatmu tersentak terbangun. Maafkan istrimu ini.

Wahai penghias mata dan hatiku, berjanjilah engkau untuk terus bahagia seperti ini. Taukah engkau ketika air wudhu membasahi wajahmu, subhanallah kau terlihat terlalu tampan dengan wajah bercahayamu. Memandang punggungmu tepat di depanku mengimamiku itu sungguh indah. Kecupan kecil yang mendarat dikeningku sebagai penutup sujud kita, terasa sejuk dan nikmat.

Wahai pemegang kunci surgaku, engkau bukanlah sosok yang selalu aku idamkan di mimpi dulu, tak dengan kekuasaan, tak dengan harta, tak dengan paras yang sempurna. Tapi tak sedikitpun mengurangi rasa hormatku terhadapmu. Aku sudah menjelajahi semua hal itu, yang berakhir tak selamanya. Maafkan istrimu ini yang ketika hari sebelum kau menjabat tangan ayahku ada rasa meledak-ledak yang bercampur aduk dengan rasa ragu yang luar biasa.
Wahai jiwa yang ku cintai... Selamat Bertambah Umur(23 feb)...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar