Lelaki itu, tak lain adalah lelaki yang berjuang
mati-matian yang membuang seluruh waktu pentingnya hanya untuk
meluangkan waktunya untuk bersamaku. Lelaki yang selalu kutekan untuk
menjauh dari ku.
23 April 2016 dia
sudah menjadi lelaki hebatku. Tekatnya yang begitu keras tak layak
untuk diredamkan. Menuntunku menuju pelaminan tanpa tau betapa
banyak duri yang dulunya diinjak hanya untuk menujuku. Betapa aku
ingin meronta melihat jerih payahnya.
Tetes peluhnya kini
jadi kebanggaannya. Hal yang aku anggap tak mungkin, ditanggannya tak
pernah ada yang tak mungkin. Lelaki ini yang mulai dari 23 April
2016 yang akan menjadi imam dari segala imam hidupku.
Wahai pelindung
kehormatanku kini tak perlu engkau berjuang sendiri, tak perlu engkau
berpeluh sendiri, kini jadikan aku penopangmu, berbahagialah kini
denganku, bersakitlah juga dipelukku.
Wahai engkau
penghias mata dan hatiku, tau kah engkau, aku mulai mengagumimu
ketika wajahmu terlihat polos terlelap pulang kerja. Dan aku tak
pernah bisa untuk menahan mencium keningmu, yang membuatmu tersentak
terbangun. Maafkan istrimu ini.
Wahai penghias mata
dan hatiku, berjanjilah engkau untuk terus bahagia seperti ini.
Taukah engkau ketika air wudhu membasahi wajahmu, subhanallah kau
terlihat terlalu tampan dengan wajah bercahayamu. Memandang
punggungmu tepat di depanku mengimamiku itu sungguh indah. Kecupan
kecil yang mendarat dikeningku sebagai penutup sujud kita, terasa sejuk dan nikmat.
Wahai pemegang kunci
surgaku, engkau bukanlah sosok yang selalu aku idamkan di mimpi dulu,
tak dengan kekuasaan, tak dengan harta, tak dengan paras yang
sempurna. Tapi tak sedikitpun mengurangi rasa hormatku terhadapmu.
Aku sudah menjelajahi semua hal itu, yang berakhir tak selamanya.
Maafkan istrimu ini yang ketika hari sebelum kau menjabat tangan
ayahku ada rasa meledak-ledak yang bercampur aduk dengan rasa ragu
yang luar biasa.
Wahai jiwa yang ku
cintai... Selamat Bertambah Umur(23 feb)...