Jumat, 10 Maret 2017

Untuk Suamiku

Lelaki itu, tak lain adalah lelaki yang berjuang mati-matian yang membuang seluruh waktu pentingnya hanya untuk meluangkan waktunya untuk bersamaku. Lelaki yang selalu kutekan untuk menjauh dari ku.

23 April 2016 dia sudah menjadi lelaki hebatku. Tekatnya yang begitu keras tak layak untuk diredamkan. Menuntunku menuju pelaminan tanpa tau betapa banyak duri yang dulunya diinjak hanya untuk menujuku. Betapa aku ingin meronta melihat jerih payahnya.

Tetes peluhnya kini jadi kebanggaannya. Hal yang aku anggap tak mungkin, ditanggannya tak pernah ada yang tak mungkin. Lelaki ini yang mulai dari 23 April 2016 yang akan menjadi imam dari segala imam hidupku.

Wahai pelindung kehormatanku kini tak perlu engkau berjuang sendiri, tak perlu engkau berpeluh sendiri, kini jadikan aku penopangmu, berbahagialah kini denganku, bersakitlah juga dipelukku.
Wahai engkau penghias mata dan hatiku, tau kah engkau, aku mulai mengagumimu ketika wajahmu terlihat polos terlelap pulang kerja. Dan aku tak pernah bisa untuk menahan mencium keningmu, yang membuatmu tersentak terbangun. Maafkan istrimu ini.

Wahai penghias mata dan hatiku, berjanjilah engkau untuk terus bahagia seperti ini. Taukah engkau ketika air wudhu membasahi wajahmu, subhanallah kau terlihat terlalu tampan dengan wajah bercahayamu. Memandang punggungmu tepat di depanku mengimamiku itu sungguh indah. Kecupan kecil yang mendarat dikeningku sebagai penutup sujud kita, terasa sejuk dan nikmat.

Wahai pemegang kunci surgaku, engkau bukanlah sosok yang selalu aku idamkan di mimpi dulu, tak dengan kekuasaan, tak dengan harta, tak dengan paras yang sempurna. Tapi tak sedikitpun mengurangi rasa hormatku terhadapmu. Aku sudah menjelajahi semua hal itu, yang berakhir tak selamanya. Maafkan istrimu ini yang ketika hari sebelum kau menjabat tangan ayahku ada rasa meledak-ledak yang bercampur aduk dengan rasa ragu yang luar biasa.
Wahai jiwa yang ku cintai... Selamat Bertambah Umur(23 feb)...

Jumat, 12 Agustus 2016

12/08/2016

Apa kabar my sunshine..... sudah berdebukah kau atau malah sudah ditempati beberapa sarang laba-laba yang menebal dan mungkin sudah beranak pinak disana.
sudah hampir setahun tak tersentuh apakah sudah kesepian?
Trimakasih sudah menampung segala keluhan dan seluruh cerita keterpurukanku di tahun lalu.

Di ceritaku di tahun 2016 ini semoga tak banyak keluhan yang mengutuk sebuah takdir lagi. Mengintip kenangan masa lalu yang menyebutkan kepasrahanku kepada Allah, bahwa aku tidak pandai dalam memilih hati. Allah paling tahu, Allah paling mengerti. Lelaki yang tak pernah aku anggap, lelaki yang tak pernah terlihat oleh mataku, ya dia yang dulu memperjuangkanku, dia ditempatkan oleh Allah untuk ada didekatku.
Dia bahkan ditugaskan untuk menjaga, dan mengikatku jika aku salah menentukan jalan.
Dia yang pernah berjuang sendiri kini menakdirkan dan mengabdikan hidupnya untuk memegang tanganku.

Tepat pukul 10:00 WIB, 23 April 2016 lalu, dia melantunkan sumpahnya atas nama Allah di hadapan ayahku. Dia yang telah dipilih Allah, dijadikan dia sebagai tiang peganganku, mengulurkan tangannya untuk membangunkanku dari keterpurukanku. Dia suamiku...

Selasa, 18 Agustus 2015

18/08/2015

Sudah berkali-kali aku katakan hai Allah, aku tidak pandai dalam memilih hati. Untuk kali ini aku engkau pertemukan kembali dengan sebuah hati. Yang ia sekarang telah menjadi keseharianku.  Mulai saat itu, aku percaya, Engkau masih melindungi hatiku.Untuk kamu yang telah menjadi keseharianku, berdoa ,lalu biarkan semesta yang memutuskan.

Rabu, 22 April 2015

22/04/2015

Kau ciptakan makhluk dengan banyak pemikiran Ya Allah, saya tidak heran jika pemikiran saya dengan pemikiran mereka tidak sama.
Niat saya hanya ingin mengakrabkan diri, tetapi, mereka melihatnya berbeda.
Mungkin terlihat agak murahan, atau apalah itu, tapi sungguh hanya sebatas menciptakan keakraban seperti halnya dg teman-teman lain.
atau mungkin saya yang terlalu berlebihankah Allah?
Maka itu aku kurangi sjalah, daripada menimbulkan banyak prasangka buruk.

Selasa, 21 April 2015

21/04/2015

Hey Pangeran langit,...
ini apa?
Bukankah membahagiakan banyak orang itu lebih mulia dari hanya sekedar membahagiakan diri sendiri.
Saya belum terjun ke zona itu, tapi aku sudah memutuskan untuk tak memasukinya.
Mungkin akan banyak menyakiti, tapi akan lebih banyak menyakiti jika saya memaksa memasukinya.
Bertemu dengan sepotong hati lagi, yang justru tak pernah aku kira.
Orang dengan sifat dan sikap yang aku inginkan tapi bukanlah pilihan hati.
ada banyak keraguan disana, aku tidak mungkin berani mencintai seseorang hanya berdasarkan pada keraguanku yang nantinya akan menyakitkan untukku juga dia.
Untuk itu aku sudah memutuskn, untuk melangkah dari jalannya.
Menemukan hati yang bisa meyakinkan aku, tanpa sempat membuat aku merasakan keraguan.
Hey Pangeran langit,....
tuntun aku kembali, menemukan hati yang sudah engkau siapkan untukku.
dan menjadikan dia satu-satunya milikku,...bersama denganku, untuk mencintaiMU
Hey engkau sang pencipta cinta....
datangkan hati yang kau siapkan untukku, yang mendekatkanku dengan surga.
Yang berada di mimpiku, datang dengan koko putihnya dan menuntun aku menuju cahayaMu...
Saya masih sabar, tapi jika engkau berkenan, maka segerakan....
Amin... 

Sabtu, 18 April 2015

18/04/2015

Ternyata selama hidup masih berlanjut, hal yang sama masih selalu menjadi pertanyaan besar.
bertemu beberapa hati, menjadikan aku kuat(mungkin). tapi tidak menjadikan aku pintar dalam memilih sebuah hati.miris sekali
oke Allah aku menyerah, aku tidak pintar dalam memilih pasangan hidupku sendiri, maka itu aku memita pertolonganMU untuk mencarikan hati yang terbaik untukku. bukan sekedar orang yang aku cintai tapi juga seseorang yang aku butuhkan.
Trimakasih...
tolong konfirmasi ya Allah kalau sudah engkau pertemukan aku dengan pilihanMU...:*

Jumat, 17 April 2015

17/04/2015

hay,,,
apa kabar...
sudah mulai berdebukah anda?
bertahun-tahun, tarpuruk, sampai tak sempat mengintip hatiku sendiri.
kau bertemu dengan aku yang baru yang tak akan menangis hanya karna hal yang tak penting.
aku tertawa membaca semua tulisanku semasa dulu, hahahaa... separah itu aku dulu.
Kini waktu mendewasakanku...
terimakasih untuk setiap masalaluku
menjadikanku sekuat ini...
dan maaf sempat menjadi terlalu melankolis dan cengeng.
aku tak akan jadi seperti itu lagi, (semoga)
duniaku berubah drastis
aku bangkit dr rasa melow ku sendiri, bertemu dengan sahabat-sahabat baik, berpapasan dengan beberapa hati, dan pekerjaan yang menyenangkan.
kini aku siap, siap untuk jatuh cinta lagi, siap untuk jadi wanita kuat lagiiii.

Kamis, 23 Agustus 2012

Love Phobia Part V

        Aku ingat sekali satu kejadian yang lucu, Ketika baru pertama kali Arya kerumahku, dia hoby sekali terkunci dikamar mandi. Pintu kamar mandiku memang agak susah untuk dibuka. Aku senang menertawakannya ketika Arya mulai berbuat konyol seperti itu. Arya tak hentinya membuatku tersenyum.

       Semua tahu 14 february adalah hari kasih sayang. Ribuan pasang kekasih  pasti sedang merayakannya, begitupula dengan kami. Disekolah, waktu itu Arya bertindak aneh, dia seperti mencoba menghindariku. Kemanapun Arya pergi tasnya tak lupa dibawanya, padahal biasanya jarang sekali Arya bawa tas kemana-mana. Pasti ada yang aneh dengan Arya, tak sengaja Arya meletakkan tasnya di meja depan, aku yang penasaran kemudian duduk mendekati tasnya. Baru aku ingin membuka tas itu, Arya langsung menyambarnya dan hanya melempar senyum padaku. Kenapa Arya jadi begitu menyebalkan??? L tak kuambil hati aku langsung pergi dari tempat duduk itu.  Aku sudah menyiapkan kado valentine untuk Arya yang kubungkus semalaman hingga ku harus begadang menyelesaikannya. Sebuah jam tangan digital hitam. Ya hanya kado sederhana yang bisa ku berikan untuknya, berharap Arya mau memakainya dan menganggapnya jadi berharga. Sengaja ku taruh dirumah karna aku tahu pasti nanti Arya kerumahku. Aku berlagak tak peduli dengan hari valentine, karna memang aku tak pernah merayakannya. Aku pikir Arya juga. Pasti akan menjadi kejutan buatnya.
Seharian ini Arya benar-benar menghilang, tak kelihatan batang hidungnya di kelas. Itu membuatku merindukan Arya.

      Dan benar, Arya mengantarku pulang. Aku dan Arya duduk dikursi panjang tempat kita biasa duduk berdua. Aku masih menunggu, untuk bisa tahu apa isi tas Arya…. Arya tak beranjak sedikitpun dari samping tasnya. Kebetulan yang amat menyenangkan mama datang dari dapur dan menyuruh Arya untuk mengantarnya ketoko air. Hahahaa dengan senyum bahagia aku melihat Arya yang khawatir tasnya kurampas dan kugeledah. Aku membuka sedikit resleting tasnya dan mengintip isinya, sebuah bungkusan yang tak begitu jelas. Belum selesai ku amati suara deruan motor Arya sudah terdengar kembali, aku menjauh dari tas Arya dan berpura-pura tak terjadi apa-apa. Arya yang datang langsung melihat tasnya dan perlahan melirikku. Aku hanya bisa menahan senyum dan tertunduk. Kemudian tawa hadir diantara kita, entah apa yang sedang kita tertawakan.

“ Yank kamu buka tasku kan????”, kata Arya tanpa sedikitpun ragu….
“ Emm enggak kok yank, heheee….!”, jawabku berlagak tak berdosa.
“ haaaaa pasti bohong tuh resletingnya kok jadi pindah, tadi ku tinggal disebelah kanan, sekarang kok jadi disebelah kiri? Pasti kamu kan?” sambil dia memicingkan mata kearahku.

       Bak pencuri yang ketahuan aku kemudian kabur,,, terjadi kejar-kejaran kecil diantara aku dan Arya, yang berakhir di tempat duduk masing-masing. Akhirnya Arya memberikan bungkusan itu padaku. Aku terdiam, dan mulai bersandiwara.
“ yank maaf aku gak punya apa-apa buat kamu di hari valentine ini, karna aku memang tak pernah merayakannya”, kataku dengan wajah memelas.
“ iya yank aku ngerti, gak apa-apa, karna valentine bukan apa hadiahnya tapi apa maknanya”, kata bijaknya mulai keluar.

        Aku menahan tawaku melihat Arya yang mulai tertipu dengan wajah memelasku. Aku buka perlahan bungkusan yang diberi Arya tadi. Sebuah kotak kecil berselimut kertas kado. Kubuka satu persatu selotip yang merekat di kado itu, tak sedikitpun aku merobekkannya. Sampai di kotak berwarna orange aku mulai bisa menebak isinya, perlahan ku buka ternyata benar. Sebuah jam tangan terlihat apik meski sederhana. Warna putih bersih. Ini sejenak membuatku tersenyum kemudian aku baru ingat, aku juga memberi kado jam berwarna hitam untuk Arya. Lalu intinya kami bertukar jam di hari kasih sayang ini?? Hahahahaaaa… aku tertawa tak sadar Arya masih disampingku. Akupun segera terdiam kemudian mengecup pipinya dan mengucap terima kasih. Aku tak ingin Arya sadar bahwa aku memberinya kado sama seperti kadonya. Ketika Arya beranjak pulang, aku segera memasukkan kadoku di dalam tas Arya. Dia berpamitan, dan mengenakan sepatunya. Kemudian Arya menatapku, dan bertanya,

“yank, tasku ada yang aneh”.
“Aneh,,,masa sih?”, aku mulai panik
Arya mencoba melepas tas yang sudah dipakainya.
“emm yank periksanya dirumah aja, nanti kesorean loo…”, ucapku menipu
Arya benar-benar tak mendengarku, Arya membuka tasnya dan menemukan kado yang ku masukkan diam-diam. Sekali lagi mata Arya menusuk ke arahku, dan sekali lagi aku tertunduk menahan senyum.
“yank ini apa?”,tanyanya
“ hehee bukan apa-apa kok”, jawabku salah tingkah.

         Arya melepas sepatu yang sudah terpasang dikakinya dan menarik tanganku masuk kembali ke dalam rumah dan duduk dikursi lagi. Tak menunda waktu lagi, Arya segera membuka kado itu, dan sejenak Arya terdiam, yaa kali ini Arya yang terdiam.  Tak lama gelak tawa diantara kita meramaikan rumah. Bahkan kadopun kita bisa match. Ini benar-benar hari yang menyenangkan sekaligus lucu. Arya menamainya “valentine yang konyol tapi romantic”.       

                                                                                                                                         By: Tka Merrya

Minggu, 08 April 2012

Love Phobia Part IV

Janjinya selau kuingat, melekat didalam hati dan pikiranku. Kalimat terindah yang selalu membuatku tersenyum mengingatnya. Aku tersenyum dan terus tersenyum. Arya mengukir banyak cerita dihidupku. Mengajarkan aku tentang hal yang kecil hingga yang besar. Menuntunku untuk mengerti dan memahami. Bersamanya aku menjadi dewasa. Aku merasa ada dunia didalam duniaku, ya, benar itu Arya.
Hari pertamaku disekolah, okey jangan heran jika hanya dalam kurun waktu 1x24 jam saja berita tentang aku dan Arya sudah menyebar. Sudah bisa dipastikan, ada banyak mata yang memperhatikanku. Pasti mereka masih tak percaya, saat ini Mr.Hero sedang bersama Mrs.zero. Ya biarpun keadaan seperti ini sungguh tak nyaman untukku tapi Arya selalu menggenggam tanganku dengan erat, dia menjagaku dari batu yang menghalangi jalanku. Dia memegangku hingga aku yakin aku tak akan jatuh karna kerikil-kerikil kecil itu . Aku tersenyum lagi. Benarkan,,,bersama Arya aku selalu tersenyum. Sebelumnya aku minder berjalan berdampingan dengannya, tapi untuk saat ini aku bangga berjalan disisinya. Sudah basah kenapa tidak mandi sekalian? Mereka sudah terlanjur tahu, so tidak ada yang harus ditutupi lagi. Arya saat ini benar-benar disisiku. Dia benar berjalan disampingku. Aku suka itu. Sekali lagi aku suka dengan Arya.
Aku merasa istimewa, ini tentu karna Arya.Entah karena rasa bahagiaku atau hal lain, yang jelas Arya buatku merasa sempurna. Aku begitu mencintai hidupku saat ini. Tuhan begitu mencintaiku, dalam sujudku, aku selalu meminta untuk selalu didekatkan dengan Arya, merajuk untuk tetap bersama Arya dan menangis untuk dijodohkan dengan Arya. Aku tahu Tuhan pasti tahu tanpa harus ku kirim surat kecil untuknya.
Beberapa bulan sudah hubungan kami dikenal, aku mulai terbiasa menjadi bagian dari perbincangan mereka. Aku mulai terbiasa tersenyum dengan Arya yang ku sebut guardian angelku. Rasanya waktu berjalan begitu cepat saja, melejit tak terasa. Ketika itu natal pertamaku dengan Arya. Dia mengajariku tentang apa makna natal baginya, Arya menceritakan tentang apa itu yesus, roti, dan telur. Aku coba untuk mengerti meski otakku tak sampai. Aku mengangguk bukan bermaksud mengerti, tapi aku mengangguk supaya Arya senang. Aku bertanya kenapa natal itu ada, dan siapa yesus itu? Apakah dia malaikat dari tuhan yang mengantar Arya padaku? Kalau benar aku ingin bertemu dengannya dan berterima kasih.  Arya dengan telaten menjelaskannya padaku, aku hanya mengerutkan keningku ketika apa yang diucap Arya tak sejalan dengan khayalanku.
Natal pertamaku dengan Arya dia mengajakku datang kerumahnya. Rumahnya begitu nyaman, tak perlu barang mewah, rumah besar mobil berjejer di teras, tapi hanya dengan senyuman dan keramahan keluarga. Memasuki rumahnya serasa begitu berat, aku takut, takut bila nanti keluarga Arya tak menyukaiku. Aku hanya tertunduk, begitu melihat sosok Arya di depan pintu, aku tersenyum, sekali lagi Arya membesarkan hatiku, aku mencium tangan kanan Arya, Arya tersenyum. Memasuki ruang tamu yang tak begitu besar tapi nyaman, kakiku tiba-tiba membeku, bukan karena hawa pegunungan yang dikelilingi banyak pantai didaerah sini tapi karena aku malu. Aku yang datang bersama teman-teman sekelasku terlihat mematung, sementara mereka bercanda, dan mulai mengomentari tingkahku yang tak seperti biasanya. Aduh andai kalian tahu, aku ini sedang menata hati, menyembunyikan rasa maluku. Aku duduk dikursi yang berhadapan langsung dengan pintu, berharap ketika itu aku bisa cepat-cepat lari jika diusir dari tempat itu. Begitu banyak khayalan-khayalan yang berkutat dikepalaku ketika itu, aku tak mempedulikan teman-temanku yang membicarakanku, atau bahkan untuk pertama kalinya aku tak mempedulikan Arya yang duduk disebelahku. Aku menjadi paranoid.
Arya membuyarkan lamunanku, dia beranjak dari tempatnya, kemudian menghilang dibalik dinding. Langkah kaki itu kembali mendekat, tapi tunggu itu bukanlah hanya langkah kaki Arya saja, Arya kembali dengan sosok wanita berparas cantik dan terlihat tegas. Aku tahu siapa wanita ini, tentu bukan kekasih Arya, karena aku tahu akulah kekasihnya. Itu Ibu Arya, meski berparas tegas tapi Ibu Arya adalah orang yang lembut. Arya memperkenalkannya padaku dan teman-temanku. Aku mengulurkan tanganku dan mencium tangannya. Seketika itu rasa takutku hilang. Tak lama kemudian Ayah dan kakak Aryapun datang menyambut kami. Ayah Arya adalah sosok yang begitu lembut dan sabar, berbeda sekali dengan Arya yang hoby memarahiku, tapi aku suka itu ^_^. Sedangkan kakaknya lebih pendiam. Aku sangat merasakan nuansa keluarga yang sangat nyaman, yang tak ku dapat dirumahku. Dengan keluarga yang terpisah, pasti takkan sama dengan keadaan dirumah Arya. Arya benar-benar mengajariku tentang Arti keindahan keluarga. Kamipun dipersilahkan memakan jajanan yang sudah terjejer rapi di atas meja. Tak menunggu lama lagi teman-temanku yang begitu memalukanpun kemudian menyerbu kue-kue itu. Andai kalian tahu wahai teman-temanku, “aku malu jadi teman kalian, ups becanda”v^_^. Disaat mereka berusaha menghabiskan kue-kue itu, aku masih terpaku, bergulat dengan rasa maluku. Aku mencoba melihat wajah Arya, dia memperhatikan tingkahku, tapi tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Aku selalu tak kuat melihat tatapannya, entah akupun belum mendapat jawabannya sampai sekarang, mengapa sampai tak kuasa memandang sorot mata Arya. Aku mulai tertunduk lagi.  Hari itu begitu membuatku tak karuan.
Arya mengajakku dan teman-temanku pergi ke pantai. Rumah Arya memang di daerah pegunungan yang di lingkari oleh pantai. Jadi jangan heran jika hanya dalam waktu 30 menit saja kita sudah bisa menjumpai mulut pantai. Sebelum berangkat kami dibekali satu kantong penuh buah sawo, Arya melarangku untuk membawanya, tapi apa boleh buat, teman-teman yang lain sudah terlanjur berangkat, hanya aku dan Arya yang tertinggal. Akhirnya kami berangkat dengan membawa sekantong sawo. Arya diam disepanjang jalan, aku tahu pasti Arya marah karena aku tak menuruti kata-katanya. Tapi tidak, Arya tidak marah. “ Yank, aku pikir kita bisa pacaran, eh kok malah kamu pacaran sama sekantong sawo itu siech,,,!”celetuk Arya.
“Hah maksud kamu karena aku bawa sawo ini aku jadi pacaran sama sawo ini ya? Tentu tidaklah Yank!”Jawabku menjelaskan
“ Coba kalau sawo itu tak ada diantara kita, pasti kamu memelukku dengan erat seperti biasanya”,rengek Arya.
Kemudian aku meminta agar Arya mempercepat laju motornya, mendekati teman-teman yang sudah ada jauh didepan kita. Aku memanggil salah satu temanku yang paling dekat dengan motor Arya, kemudian memintanya untuk membawa kantung sawo itu, dengan alasan berat maka dia mau menggantikanku membawanya.  Aku perlahan melingkarkan tanganku pada pinggang Arya, merapatkan tubuhku dengannya, aku ingin Arya nyaman. Meski aku tak melihat wajah Arya, tapi aku tahu Arya sedang tersenyum.   
Aroma laut mulai tercium, angin pantai mulai menerpa. Aku tahu mulut pantai segera terlihat , aku tak sabar. Kamipun sampai di pantai yang tak begitu ramai tapi pemandangannya begitu indah. Aku langsung berlari menuju tempat peristirahatan, menaruh segala lelahku dalam perjalanan tadi. Arya langsung berlari menantang ombak, aku melihat dari tempatku beristirahat. Kulihat dia melambaikan tangan, dan memanggilku untuk bergabung dengannya. Seketika kulempar tas dan sepatuku, segera melesat menuju Arya. Tangannya bersiap untuk meraihku, aku menerjang ombak bersama dengan Arya. Kamipun bermain air, meluapkan kebahagiaan. Kami mengitari mulut pantai, dengan tetap berpegangan tangan, seakan Arya takut aku terbawa ombak. Berlari, bercanda tertawa,bermain air,berpegangan tangan,melukis dipasir,berdiri memandang matahari dengan Arya itu adalah semua yang aku inginkan saat ini. Aku bahagia. Sampai diujung pantai kita menemukan batu karang yang begitu besar, dibalik karang itu pasirnya berwarna hitam sementara disisi lain pasirnya berwarna putih. Kamipun duduk berteduh di balik karang itu, aku dan Arya menceritakan kebahagiaan kita hari ini. Seketika waktu seperti berhenti, tak ada kata-kata terucap, tak ada perbincangan, kemudian hening, hening dalam waktu yang lumayan lama. Aku memberanikan melihat wajah arya, Aryapun menatapku. Perlahan wajahnya mendekat, masih tetap tanpa kata. Wajah itu kini hanya berjarak 5cm dari wajahku, aku mulai memejamkan mata, bagai terhipnotis, ditempat dimana banyak orang melihat. Aku mencoba mengingatkan tapi Arya hanya tersenyum. Akupun ikut tersenyum. Aku tersipu malu. Aku suka dengan caranya. Aku suka Arya. Menyentuh dengan sederhana, real apa adanya. Cara bertutur yang tak rumit tetapi jujur dan indah. Dalam diamnya ada cinta.
            Matahari mulai tersipu menampakkan merahnya, kamipun beranjak dari balik tebing dan kembali ke tempat teman-teman beristirahat. Arya berjanji mengajakku ke pantai lagi. Aku senang, senang mendengar akan kepantai lagi dengan Arya. Mengulangi kesenangan hari ini. Hari itu pasti akan aku nanti, hari dimana aku bisa berlari, bercanda, tertawa,bermain air, berpegangan tangan, melukis dipasir, berdiri memandang matahari bersama Arya.
By:Tka Merrya

Love Phobia Part III

Arya menggenggam tanganku erat, bersembunyi di bawah meja, sambil fokus pada bahan presentasi. Aku memandang wajahnya penuh heran aku merasakan sebuah keindahan yang sebelumnya tak pernah ku rasakan sebelum bersama Arya, Aku bersyukur tuhan memberiku kesempatan untuk dicintai oleh Arya. Disaat ini aku benar-benar merasa istimewa , merasa bagai orang biasa yang mengenakan gaun putri raja. Merasa bahwa hanya aku yang paling bahagia didunia ini. Apa kamu tahu Arya, kamu yang buatku merasa sempurna. Kamu nyata berarti dihatiku. Rasanya memang lucu, sambil tetap menggenggam tanganku Arya menjelaskan kepada teman-teman lain, sementara aku menahan tawa dalam keseriusanku.
   Rasanya ketika aku mengenal Arya, begitu banyak kejadian-kejadian lucu yang mampir dalam hidupku. Aku ingat betul ketika aku masih bukan siapa-siapa baginya, ketika aku tak terlihat olehnya dulu, aku terus mengaguminya dalam diamku.  Dia berada didepan kelas berdiri, entah ketika itu dia sedang dihukum atau apa, aku lupa. Dia begitu aneh,  baru kutemui seseorang yang menyanyikan lagu yang begitu sedih dengan wajah riang gembira. Dan untuk pertama kalinya aku tertawa ketika aku mendengar lagu yang begitu sedih , merasa menjadi begitu bodoh. Rasanya tak bisa meresapi lagu itu ketika melihat wajahnya yang tak biasa. Aku tersadar aku melihat Arya tersenyum. Dibalik wajah tegas itu ada senyum yang begitu mewah. Dalam senyumnya dia melantunkan sebuah lagu .,,,,
Bila nanti kita berpisah jangan kau lupakan kenangan yang indah kisah kita…..
Jika memang kau tak tercipta untuk ku miliki,  cobalah mengerti yang terjadi….
Bila mungkin memang tak bisa,
jangan pernah coba memaksa,
tuk tetap bertahan ditengah kepedihan…..
Jadikan ini perpisahan yang termanis yang indah dalam hidupmu sepanjang waktu…
Semua berakhir tanpa dendam dalam hati…
Maafkan semua salahku yang mungkin menyakitimu.
Semoga kelak kau kan temukan kekasih sejati
Yang kan menyayangi lebih dariku…
Bila mungkin memang tak bisa, menyatukan perbedaan kita,
dan tetap bertahan ditengah kepedihan
Jadikan ini perpisahan yang termanis yang indah dalam hidupmu sepanjang waktu
Semua berakhir tanpa dendam dalam hati
Maafkan semua salahku yang mungkin menyakitimu”(lovarian-perpisahan termanis)
   Ya Arya memang hobby sekali mengukir serentet cerita di hidupku dengan kekonyolan dan keanehannya dalam selimut cintanya.  Aku begitu mencintainya.
Hari ini sedang ada ujian, aku duduk paling belakang dideretan kedua dari kiri, sedang Arya duduk di kursi nomor dua dari belakang di baris nomor tiga dari kiri. Begitu dekat denganku, tempatku  begitu strategis untuk bisa memperhatikan lelaki yang mengaku dirinya Guardian Angleku itu. Aku selalu bermasalah dengan waktu jika aku mulai memperhatikan Guardian Angleku itu, selalu saja dibuat tak cukup oleh waktu. Dialah orang, emmm mungkin dia lebih dari orang, mungkin tepatnya seorang malaikat  yang mampu mendetikkan tahun dan menahunkan detik-detik dalam hidupku. Tentu hanya Arya yang mampu melakukan ini. Dia juga yang telah dengan ajaib mengubahku, menghapus kebiasaan burukku dengan hal yang baik, hanya dia yang mampu melarangku hanya dengan satu ucapan saja. Dia juga yang mampu memarahiku atas semua kebodohan yang sering kubuat. Arya juga yang membuat aku begitu mencintai hidupku. Dia mengajarkanku atas cinta yang tak bergantung pada uang, cinta yang tak memandang kemewahan, cinta yang begitu sederhana tapi berharga, dia mengajarkanku tentang keluarga kecil yang bahagia, tentang apa itu teman, kawan, sahabat, juga cinta. Dialah guru yang ku sewa secara gratis. Aku suka Arya, Arya yang menghentikanku, hanya dengan satu kalimatnya. Wajah itu berpaling kearahku, begitu lembut dengan senyumnya yang tak total, aku masih memandangnya,aku tetap memandangnya,,,,,,APA? Aku masih tak sadar jika Arya memandangku dan coba membuyarkan lamunanku tentang dia, aku terpaku. Aku malu. Aku hanya tersenyum menyadarinya dan mulai mengerjakan soal ujianku. Yaaaa,,,, satu lagi hari yang konyol.
Arya selalu menungguku untuk keluar kelas, dia selalu selesai mengerjakan soal ujian itu dengan cepat. Selalu jadi yang pertama sementara aku selalu menjadi yang terakhir. Arya memang pintar, dan dia adalah kekasihkuJ. Tapi Arya selalu menungguku selesai baru dia keluar kelas. Dia selalu mencoba berbagi jawabannya kepadaku. Ketika itu entah kenapa hanya tinggal aku dan dia dikelas, aku belum selesai dengan ujianku, Arya mencoba untuk membantuku. Salah seorang temanku yang bernama Hana melihat keganjilan itu. “waaa ada yang baru jadian tuhhh, traktir,,,traktir,,,,,,!”,celetuknya. Sekejab teman-teman sekelasku mengerumuni Hana dan meminta penjelasan, bak conferensi pers saja. “ Arya setia banget nunggu Merry selesai, so sweet banget, baru jadian tuh,,,,!”, Hana kembali menyindir kami. Aaaaaaa,,,,, gawat gimana bisa, bagaimana dia bisa tahu? Bukankah selama ini tak terlihat? Aduhhhh….! Ketika itu arya memandangku kemudian keluar kelas dan menghilang dibalik pintu. Sorak-sorai suara temanku sekelas masih terdengar. Aku tak focus lagi dengan soalku, akhirnya akupun keluar kelas. Yaa tentu saja langsung disambut dengan seribu pertanyaan yang tak ingin kujawab. Aku khawatir pada Arya, marahkah dia? Aku tak bisa melihatnya, kemana dia? Pasti dia malu, malu bahwa akulah yang dibicarakan dengan dia. Pasti dia malu sudah jatuh cinta padaku.  Aku lemas dalam ketidak tahuanku. Aku hanya diam menggantungkan pertanyaan-pertanyaan yang menjejaliku. Tapi ternyata aku salah, dia muncul dengan senyumnya, kemudian menggapai tanganku dan membawaku menjauh dari ramainya teman-temanku yang masih mempertanyakan hubungan kami. Kemudian, sudah bisa ditebak, semakin ramainya suara-suara mereka. Terjawab sudah ribuan pertanyaan itu dengan satu tindakannya. Arya hebat! Aku masih tercengang , tidak begitu mengerti maksud Arya. Aku pikir dia malu, tapi tidak!  Didepan banyak mata dia memperlihatkan bahwa dia tidak malu, tak hanya di depan teman sekelasku, tapi di depan adik kelas bahkan fans-fansnya juga. Hemb okey Arya kamu berhasil membuatku dibenci banyak orang, sayang!  Tapi aku suka!
Ketika itu ku tunggu Arya yang mengambil motornya diparkiran. Aku harap Arya segera datang, karena suasana seperti ini benar-benar tidak nyaman buatku. Aku yang terbiasa tak dikenal menjadi orang yang begitu dicari. Setiap pasang mata tak ada yang mengabaikanku. Aku tahu apa yang mereka pikirkan! Aku hanya ingat kata-kata Arya “ Coba buat tutup mata tutup telinga, biarkan mereka!” kata-kata itu menegarkanku. Aku hanya menebar senyum kepada mereka yang memandangku. Aku dan Aryapun berlalu dari tempat  itu. Sampai di jalan depan, dimana aku biasa menunggu Arya dulu, ada segerombolan adik kelas yang begitu menggilai Arya. “waaa itu ya pacarnya kak Arya, kok mau ya kak Arya sama dia?”, celetuk salah satu dari mereka. Aku masih saja tersenyum. Aku menyadari itu. Mr.Hero with Mrs.zero, begitu tak serasi yahhh,,, tapi arya menenangkanku. Dia genggam tanganku yang melingkar dipinggangnya, tepat didepan anak-anak itu. Kamipun berlalu.
Sampai dirumahku Arya meminta maaf, padahal aku tahu benar Arya jarang sekali mengucap maaf, dan aku tahu Arya tak salah apa-apa. Dia terduduk lemas, kemudian ada air dari matanya, aku piker itu keringat tapi aku tersadar itu air mata. Aku masih bingung, aku tak mengerti. Aku bertanya-tanya dalam diamku. Aku pandang wajah lelaki didepanku yang kini memerah dan mulai basah.
“Kamu kenapa yank?”aku memberanikan bertanya.
“Aku kesian sama kamu, kamu jadi bahan gunjingan banyak orang sekarang”, jawab Arya.
“Kamu ini apa-apaan siech, kamu inget  kan kamu yang bilang kalau aku harus tutup mata tutup telinga biarkan mereka, maka itu yang aku lakuin, aku tidak apa-apa”,aku berbohong.
“iya yank, kamu harus bisa buat tutup mata tutup telinga, biarkan mereka, karena mereka tidak tahu apa-apa, dengarkan saja kata-kataku. Aku selalu seperti ini, ketika aku punya pacar pasti seperti ini ceritanya, makanya aku tak ingin mengumbar hubungan kita ,aku takut nyakitin kamu”, Arya menjelaskan.
Aku tersenyum mengusap air matanya, sebenarnya aku tak tega melihat Arya yang lemah seperti itu. Aku terbawa tangisnya, bukan karena masalah disekolah tadi, tapi karena Arya menangis. Tapi segera kuhentikan dan kutahan karena ku tahu itu akan memperburuk keadaan. Aku tahu ketika aku rapuh Arya yang menegarkanku, akupun harus bisa seperti Arya.
“Sayang aku tahu itu, aku mengerti inilah resikonya, Tuhan akan tahu kok. Aku sedang baik-baik saja. Sebenarnya bukan karena adik-adik kelas aku berdiam, tapi ada teman yang dekat dengan kita (yang tak perlu kusebut dalam cerita ini), yang bilang bahwa aku terlalu tinggi levelnya jika mencintai kamu. Itu saja sebenarnya. Tapi itu tak ku pikirkan, karena ini hubungan kita, urusan kita dan kita saja yang bisa merasakan, jadi semua milik kita, mereka tak berhak. Aku baik-baik saja, dan kamu juga harus seperti itu”,ucapku.
   Aku melihat senyumnya lagi, kemudian tubuh itu mendekat dan jatuh ke tubuhku. Pelukan yang selalu hangat dengan harum tubuhnya yang sangat ku kenal. Aku tahu di balik tubuhku dia masih tersenyum. Aku suka, aku suka Arya yang seperti ini, Arya yang tersenyum. Aku terpaku, seikat kalimat ajaib menghampiriku.
“Yank aku akan tetap jadi Guardian Angle buat kamu, selama aku bisa”,Arya berjanji.
(tobe continue again!:)
By:Tka Merrya

Senin, 13 Februari 2012

Love Phobia Part II

        Seketika tatapannya menusuk mataku, dan digenggamnya tanganku. Suatu kata yang begitu merdu tuk didengar, yang semula tak sedikitpun aku membayangkannya, “ Pacaran yuukk,,, Mau gak? Mau gak kamu jadi pacarku?”, ucapnya tanpa ragu. Aku hanyut dalam lamunanku,,, antara percaya dan tidak, aku belum tersadar. Dia menunggu aku bicara. Tak sadar aku tak mampu mengendalikan kepalaku yang perlahan mengangguk, mengiyakan ajakan Arya tuk jadi pacarnya. Tepat detik itu senyum indah merekah dibibirnya, entah apa yang kurasakan, aku merasa apakah mungkin aku mematahkan kepercayaanku sendiri bahwa Mrs. Zero tidak mungkin berdampingan dengan Mr.Hero. Mimpi gak siech aku? Okey focus di Arya, Senyum itu hilang dari bibirnya dan berubah murung.
 “Kenapa Arya?”akupun mulai bertanya.
“ Sebegitu yakinkah kamu sama aku? Apa tidak perlu untuk dipikir-pikir lagi?” ucapnya.
“Emmm okey aku pikir-pikir dulu dech kalau begitu! J”,ledekku.
“Loh kok gitu? Ok udah kan mikirnya! Jawabannya harus hari ini tapi!” jawabnya panic.
“ Gimana siech tadi suruh mikir dulu, sekarang udah aku piker malah suruh jawab sekarang, dasar!”, jawabku jengkel. Aku tahu dia takut aku berubah pikiran, aku tahu itu hihihiiiii,,,,
“Jadi gimana?”ucapnya memperjelas.
“ Iya, iya udah aku jawab tadi kamunya yang mau aku mikir-mikir lagi sih!”
Senyum itu merekah lagi di bibirnya, tak sangka aku terbawa. Kamipun saling tatap, dia memelukku, sungguh napasnya terasa sejuk, detak jantungnyapun menyatu dengan detak jantungnya, akupun tak bisa membedakan mana detak jantungku mana detak jantungnya. Hari ini begitu indah,,, ternyata benar NOTHING CAN’T BE DONE. Semenjak itu hariku begitu berwarna,,, aku sangka aku akan menutup hatiku untuk waktu yang lama tapi begitu dia datang dia mampu membuka pintu hatiku kembali.
            Dari hari itu tak ada yang berubah, kejadian diantara kami hanya kami yang tahu. Tidak teman-teman satu sekolah, teman sekelas , tidak juga Siti teman baikku. Kami berlaku normal seperti biasanya tak ada yang berubah. Bahkan jika bertemupun hanya bisa tersenyum, itupun jika sempat.  Lucu sekali jika dipikir-pikir. Kadang aku tak sadar tersenyum-senyum sendiri ketika mengingatnya. Siti pernah sekali menegurku. “Merry, kamu kok aneh gitu siech akhir-akhir ini, kenapa?”
“Aku?? Memang kenapa? Aku gak kenapa-kenapa kok”.
“ Ya aneh aja, kemarin-kemarin kamu gak pernah yang namanya dandan, sekarang sebentar-sebentar jadi doyan dandan, abis tu jadi sering senyum-senyum sendiri, hayooo lagi fall in love ya?”ledeknya. semenjak dekat dengan Arya aku memang lebih suka dandan daripada sebelum dekat dengan dia. Aduhhh emang kelihatan banget ya? Gawat,,,,!
“emmm enggak kok Sit, biasa aja kok,suerr dech!” ucapku meyakinkan Siti
“ Hemm,, kamu balikan lagi ya sama mantanmu itu?”
“ Hah ya gak lah Sit aduhhh kamu ini ngehayal banget!”
“ hahahaaa iya, iya aku becanda kok! Gak usah setegang itu juga donk!”
Huh dasar siti ampir jantungku copot!.
Jujur saja sebenarnya suasana seperti ini gak nyaman banget buat aku, rasanya seperti tak dianggap. Kadang aku harus bersabar menahan diri ketika gadis-gadis  yang begitu mengagumi Arya datang kepadanya. Hemb dasar, emang resiko orang ganteng. Dan sialnya lagi melihat aku yang seperti itu Arya malah lebih meledekku dengan semakin ramah menanggapi gadis-gadis itu. Iiihhhhhhh sebel banget. Ok Sayang, pulang sekolah adalah waktunya pembalasan! Biarpun di sekolah kita tidak pernah bertegur sapa, tapi Arya tetap setia mengantarku pulang kerumah meski aku harus jalan dulu ke jalan depan seperti biasanya. Sepulang sekolah memang sudah menjadi kebiasaan kami untuk pulang bersama, Arya ya pulangnya ke rumahku, baru nanti kalau udah sorean gitu dia baru pulang kerumahnya. Rumahku sudah dianggap rumah kedua baginya. Orang tuaku juga sudah menganggapnya sebagai anak sendiri. Rasanya hidupku begitu lengkap dan sempurna. Jika teman-temanku tahu hal ini aku yakin mereka akan iri.
Berjalan 2 bulan sudah hubungan kita, dan masih saja rapat. Hari ini sedang ada kelas diskusi, kelas kami di bagi menjadi 6 kelompok, okey entah fatamorgana atau memang kebetulan, aku satu kelompok dengan Arya. Aku bingung bagaimana jika ketahuan? Aduuuhhhh,,,ok focus ajalah. Aku duduk tepat di sebelah kiri Arya, yang lain duduk didepan kami. Aku dan Arya hanya mampu menahan senyum sambil mencoba focus pada bahan presentasi kelompok kami. Kemudian tidak disangka, berani-beraninya Arya…………………………………………(to be continue)

By: Tka Merrya

Selasa, 07 Februari 2012

Ahlimadya…. Why not!!



Semakin berkembangnya era globalisasi saat ini menuntut SDM untuk selalu mengikuti perkembangan jaman.Siap berpacu dengan teknologi.Perusahaan-perusahaanpun tak kalah bersaing, mereka berusaha untuk bisa menjadi terbaik. Mereka akan mengupayakan segala bentuk usaha untuk menjadikan perusahaannya semakin berkembang dan semakin berkualitas.
Selain meningkatkan kualitas produksi, sebuah perusahaan juga memperhitungkan kualitas SDM-nya. Setiap bentuk pekerjaan selalu memperhitungkan jenis pendidikan dan keahlian karyawannya. Untuk menunjang sebuah perusahaan menjadi berkualitas makamemerlukan SDM yang berkualitas pula. Hal ini memaksa karyawan untuk memiliki keahlian. Mereka diharuskan untuk bisa mengerjakan suatu  pekerjaan secara kompeten. Tidak hanya gelar  saja yang dibutuhkan melainkan skill yang diutamakan. Orang yang mampu atau ahli dalam teori bukan berarti mereka juga ahli dalam penerapannya. Sebuah perusahaan tidak membutuhkan karyawan yang hanya pintar berteori namun “0” dalam praktek. Mereka lebih memerlukan karyawan yang ahli.
Sebuah gelar memang menjadi salah satu pertimbangan.Tetapi tidak jarang sebuah perusahaan memilih karyawan dengan gelar ahlimadya disbanding sarjana, karena mereka dididik untuk siapkerja. Menuntut lebih banyak penerapan tanpa mengabaikan teori. Teori yang mereka dapat digunakan sebagai dasar praktek. Mereka terbiasa untuk menerapkan teori-teori yang mereka terima dalam sebuah pekerjaan, hal itu akan terbawa kedunia kerja. Tidak sedikit yang bergelar ahlimadya memiliki bawahan sarjana atau mungkin diatasnya. Mereka mematahkan pendapat bahwa semakin tinggi gelar semakin tinggi pula kedudukan yang akan didapat. Asumsi semakin tinggi gelar semakin mudah mendapat pekerjaanpun tidak berlaku lagi.Terbukti masih banyaknya sarjana yang menganggur. Tidak semudah yang merekafikirkan, padahal saingan mereka hanyalah bergelar ahlimadya. Mengapa mereka yang lebih memenuhi criteria perusahaan? Argument sebelumnya telah menjawab pertanyaan tersebut. dengan SDM yang berkualitas pasti akan semakin mudah memperbaiki kualitas perusahaan, baik dibidang SDM maupun produksinya. Semakin mudah pula untuk bersaing diera globalisasi.
Argumen argument diatas semakin membuka mata kita bahwa gelar tak selalu jadi patokan harga mutlak. Untuk yang bergelarahlimadyapunbisamendominasi. Jadi untuk apa minder apalagi  malu untuk menempuh pendidikan vokasi. Karna sebenarnya vokasialisasi akan menigkatkan rasa mandiri.
“bukan penanya yang memperindah tulisan, tapi usaha untuk menulis indahlah yang menjadikan goresan pena itu indah”. Jadi bagaimana kita untuk berusaha berkompetensi jadi terbaik. Buangjauh-jauh rasa minder.Eksplor kemampuan semaksimal mungkin. Semakin baik kualitas SDM negeri ini akan semakin baik pula perkembangan yang terjadi.
                                                                                                                                         By:Tka_Merrya

Love Phobia

“Cinta bagaikan kata yang tak mampu diungkapkan,,,,
Begitu indah begitu tinggi,,,
Cinta mengalir begitu saja laksana air
Melantunkan gemricik yang begitu menenangkan
Ikut menghanyutkan yang mendengarnya,,,
Itulah cinta….”
Rasanya ingin mutah mendengar puisi yang dibacakan Rena didepan kelas tadi. Semenjah kejadian itu rasanya aku alergi dengan kata-cinta. Entah menapa tapi begitu saja mengalir tanpa paksaan. Aku merasa mereka sedang tidak punya kerjaan, mempercayai apa itu cinta yang artinya hanyalah sebuah kebohonan yang berselimut kemesraan dan hal itu diatas namakan cinta. Rasanya tak masuk akal. Saat ini aku munkin adalah satu-satu orang yang tak percaya akan cinta. Definisi cinta yang aq dapat adalah menyakiti diri sendiri dengan cara yang indah, tapi tetap saja akan berakhir menyakitkan. Herannya mengapa mereka tetap saja percaya kepada cinta yang sering sekali mengecewakan. Tak ada rasa jera rasanya. Begitu aneh pemikiran mereka. Bukan berlaku muna’ataupun munafik, aku memang pernah berada diposisi mereka yang merasakan apa itu indahnya cinta meski sesaat saja.
            Masa aku mulai menginjakkan kaki di SMA disinilah aku bertemu dengan banyak teman. Aku berpapasan dengan makhluk indah, yang tak kukenal siapa dia. Diapun berlalu begitu saja. Aku pribadi yang malu-malu, hanya diam di kursi pojok belakang kelas, hingga seorang teman mendekatiku.  Mencoba berkenalan, namanya Siti dia adalah seorang yang sederhana, tak banyak omong pula! Kemanapun aku pergi bisa dipastikan denan siti. Disekolah aku tak begitu terpandang, tak banyak pula yang mengenalku, bisa juga aku termasuk anak yang kuper. Ya beginilah aku, tak pernah mengenal apa itu berdandan. Dengan rambut yang selalu dikuncir ekor kuda maka aku siap kemanapun. Tak pernah sedikitpun berganti penampilan! Aku dan Siti memang tidak banyak omong, tetapi jika kita sudah akrab dengan orang lain pasti ramai sekali. Akulah yang selalu berlaku bodoh yang membuat siti dan teman-teman lain tertawa. Hal itu menyenangkan bagiku, bisa menciptakan senyum di antara mereka. Sedikit demi sedikit rasa pendiamkupun berkurang, meski masih sering malu tuk muncul didepan orang banyak.  
            Setahun berjalan, aku naik kelas banyak teman baru yang ku kenal.  Dikursi belakang duduk seseorang yang rasanya familier sekali sempat terbersit dipikiranku tuk mengetahui namanya, memandangnya terus hingga tak sadar Siti menegurku. Aku baru tersadar pria yang duduk disana adalah ketua osis ku yang begitu digilai oleh wanita seantero sekolah. Ya mungkin hanya aku satu-satunya yang tak mempedulikan hal itu. Tapi rasanya bukan hal itu yang harus kuingat dari dia, ada hal lain, sepertinya pada kehidupan sebelumnya aku pernah bertemu dia, tapi entah dimana. Hah entahlah ku usir segala tanda tanya di pikiranku. Hari-haripun berjalan seperti biasanya, masih dengan Siti. Akupun tahu nama pria itu nama yang menurutku aneh untuk dia, tapi dari nama itu akhirnya mengingatkan aku bahwa dia tidak lain adalah pria yang berpapasan denganku tanpa memandang sedikitpun kearahku ketika awal masa SMA dulu. Oh god!!! Arya…????? Aku selama ini sekelas dengan Arya??? Woww… kenapa begitu bodohnya aku baru sadar saat ini. Sepertinya aku salah tempat memilih kelas ini dulu, dikelilingi anak-anak popular rasa minderku memuncak. Yaaa apa boleh buat sudah terlanjur juga. Lama-lama semakin aku mengenal Arya, seorang yang begitu berkharisma, yang hanya dengan model berjalannya saja mampu menakhlukkan hati wanita. Tak banyak bicara jika itu tak penting, aura dingin yang ia pancarkan menguatkan wibawanya. Tak heran banyak yang jatuh hati padanya. Sekali aku pernah berpapasan mata dengannya langsungku buang muka dan pergi meninggalkannya, mungkin dia berfikir kalau aku aneh, tapi aku tidak mau kalau dia sampai tahu kalau selama ini aku memperhatikannya. Tatapan mata itu membuatku tak bisa tidur semalaman, bukan karena membayangkan yg indah tentang hari itu, tapi aku hanya takut bagaimana kalau dia tahu ulah bodohku selama ini yang begitu memperhatikan dia. Hahh sial sekali.
Aku rasa aku ini terlalu kaku untuk memikirkan hal seperti mereka. Tapi ternyata aku juga manusia yang mempu merasa suka kepada orang lain, tapi segera ku tepis semua itu ketika aku sadar aku ini bukan siapa-siapa. Tak ada yang bisa aku banggakan dari hidupku. Gadis cupu, terlalu sederhana dan tak dikenal orang. Sementara Arya orang nomor 1 disekolah yang selalu dikelilingi wanita cantik. Bagai zero and hero saja. Tidak mungkin.  Akupun menertawakan diriku sendiri yang sempat berfikir bodoh. Untuk sejenak aku lupakan hal itu, sebelum dia tahu .
Saat ini adalah detik-detik akan diadakannya pesta besar-besaran sekolah yang biasa dinamakan diesnatalis dalan acara itu pastilah diadakan bermacam-macam lomba, dan salah satunya adalah dance. Yakkkk aku suka sekali dance, memang suka tapi aku gak bayangin kalau sampai dipublikasikan didepan orang banyak. Aku dipilih mewakili kelas untuk lomba dance, dan parahnya denga Arya juga, ohh god!!! Ya apa boleh buat selama satu minggu ini kami berlatih dance, kenyataan pahitnya Arya adalah couple ku dance. Harus bisa kendaliin diri!! Ayolah merry kamu pasti bisa kok kendaliin diri, jangan sampai Arya tahu. Ada bagian dance yang mewajibkan aku tuk melihat  matanya, kamipun berpandangan, matanya begitu tajam menatapku, aku takut, takut tuk berkedip, aku tidak pernah kuat tuk menatapnya. 1 lagi hari yang begitu menyebalkan tapi begitu indah,,,,
Selain ikut dance Arya ternyata juga ikut lomba singer, widiihhhh makin tergila-gila ajah tu cewek-cewek. Aku sudah siap di tempat duduk yang cukup terlindungi untuk bisa memperhatikan penampilannya nanti. Dika yang duduk tepat disampingku tiba-tiba menyerobot ponselku yang selalu setia berada ditanganku, dia mengetik beberapa karakter yang entah dikirim kesiapa. Aku biarkan saja , apalah arti sebuah sms, tak akan menyedot banyak pulsa. Selesai itu ponselku kembali, aku tanya pada dika, “sms sapa dik?” dikapun dengan wajah tak berdosa menjawab dengan entengnya,” Arya!” . What,,,,,, Arya???? Gila ajah ini anak kenapa sms Arya pake nomer aku, aduuuhhhhhh. Ok,,, jangan panic dulu! Emmm aku liat outboxku,
“to: Arya
Ayoooo Arya kamu pasti bisa, yang PD ya kami mendukungmu dari sini,, cayooooo!! Pake baju terbaik kamu yach!!!! “
Hah,,,, bener-bener dech ni dika!!! Belum selesai rasa kacau yang meradang, 1 sms mengagetkan aku.
“from: Arya
Ini siapa yach?”
Matilah kau Merry!!! Satu lagi masalah menimpamu. Aku jawab apa ini?? Sudahlah lupakan anggap saja tidak  terbaca! Akhirnya datang juga penampilan Arya, dengan aura dinginnya dia mampu merebut perhatian penonton yang notabene adalah perempuan semua!! Yach begitulah resiko orang ganteng.
Dirumah ku bereskan semua barang bawaanku, dan berbaring diatas sofa yang tak empuk lagi dan sudah terasa nuansa pirr yang memantulkan badan ini. Tak menghiraukan hal itu aku tetap melemparkan badanku ke sofa itu. Hari itu entah mengapa rumah dibiarkan kosong tak berpenghuni, kemana mereka aku bahkan tidak tahu. Sejenak kupejamkan mata ini untuk sekedar memulihkan tenagaku yang rasanya sudah begitu terkuras hari ini. Suara ponselku membuyarkan lamunanku.
 “ Hallo, assalamualaikum…….”
“walaikumsalam, Merry ini mama nak, kamu sudah dirumah atau masih disekolah?”
“ emm….. ini Merry sudah di rumah ma, kenapa?, mama dimana kok rumah dibiarkan tak kosong siech?”, tanyaku heran.
“ kamu sekarang cepat ke rumah sakit Waluyo yang ada di deket sekolah kamu ya, mama disana sekarang, opamu kambuh lagi, cepat yaa”.
What,,,? Baru saja aku mau istirahat, huh iya dech apa boleh buat. Kasian mama nunggu opa sendirian. Opa memang belum terlalu tua tapi semenjak ditinggal mati Oma, Opa jadi sering sakit. Oh,, mungkin karena rasa cintanya kepada Oma, Opa jadi seperti itu,,, hemm apa ada ya orang yang akan cinta sama aku seperti Opa cinta pada Oma??? Loh kok jadi ngehayal begini, ok gak ada banyak waktu lagi, aku harus cepat ke rumah sakit.
Sampai dirumah sakit, benar ternyata Opa terbaring lemah di atas sprai putih dengan selang oksigen membalut hidungnya. Betapa lemahnya orang ini, padahal semua orang tahu kalau Opa adalah orang paling keras, dan galak dirumah. Coba lihat sekarang, cinta mengikisnya. Aku baru melihat sisi lain dari Opa. Menetes pula air mataku melihat mama yang pontang panting mengurusi Opa. Apa jadinya jika aku tadi tidak disini, pasti mama lebih kerepotan. Dokter bilang Opa punya kelainan jantung, yaa jantung lagi, hal yang merenggut nyawa Oma pula. Bahkan penyakitpun mereka bisa match seperti itu, ups apa siech yang sedang ku pikirkan, haha lupakan.  Akhirnya untuk beberapa hari kedepan Opa harus benar-benar dirawat di rumah sakit ini.  Ponselku berdering lagi, kali ini 1 sms muncul dilayar ponselku.

“From: Arya
Hey, ini nomor ponselnya Merry yaa?”
Hah yang bener aja, arya tahu kalau ini nomor ponselku? Aduhhhh dari mana yaa,,, trus aku harus bales gimana donk? Ok jangan panic!
“To: Arya
Iya ini nomor aku, kenapa yaa?”tak lama kemudian 1 sms terkirim ke ponselku, tentu dari Arya.
“ oh berarti benar, tadi siang Dika sms aku pake nomor ponsel kamu, aku kira ini nomor barunya, eh ternyata tadi aku sms k nomor lamanya, katanya ini nomor kamu”, jelasnya.
Ya itu udah tahu kenapa harus tanya lagi, huh.
Dikaaaaaaaaaaaaaa,,, kamu ini, jadi panjang kan masalahnya. Huhh,,,
“oh gitu ya,,,, iya ini nomorku, Dika cuma numpang sms aja waktu itu, emang kurang kerjaan tuh anak, maaf yaa,,,” . akupun menjelaskan kejadian sebenarnya pada Arya. Ya supaya gak ada salah paham. Aku letakkan ponselku diatas meja rumah sakit yang serba putih itu. Aku jalan menuju toilet, hem mini benar- benar rumah sakit,, see kamar mandinya saja begitu bersih, dan disana-sini tercium parfum berbau obat, hueekk itu memang obat…
Aku lihat ponselku lagi dan ternyata Arya masih membalas pesanku lagi, aku kira sudah cukup penjelasanku tadi.
“ Kenapa harus minta maaf siech? Gak apa-apa kalii. Kan aku jadi tahu nomor ponsel kamu. BTW kamu lagi ngapain nie? Aku ganggu ya?”.
Kesambet setan apa siech ini anak, kok dia jadi mau sms-an sama aku, padahal sudah terhitung 2 tahun aku satu kelas dengannya, tak pernah sekalipun aku berbicara padanya. Ya mungkin dia hanya iseng saja, gak ada salahnya juga siech, buat temen sms-an, sambil sekalian nungguin Opa.
“ sekarang aku lagi di rumah sakit nie,rumah sakit deket sekolahan kita. Opaku sakit jadi aku nungguin dia!”
“ oh gitu ya, eh iya Merry aku mau tanya masalah kostum buat besok tu gimana jadinya?”
“ bukannya udah dikasih tahu sama Dea, dan kamu udah cari kan?jangan bilang belom, cz ini mepet banget waktunya tinggal besok”.
“ tenang udah kok aku udah dapet semua”.
“ya trusss…?????”tanyaku binggung.
“ ya keliatannya aku ok gak ya pake baju kaya gini, cz ini baru pertama aku pake baju kaya gini”.
“Oh God Arya,,,,,, kirain apa! Yaudah kamu coba aja sekarang  bajunya, trus kamu berdiri dech didepan kaca, lihat kamu ok gak pake kostum itu, kalau menurutku siech pasti ok”,ups aku tadi bilang apa coba? Aduhhh keceplosan!
“oh yaa?? Ok dech aku coba dulu kalau begitu”.Tu kan dia jadi ke-GR-an hah dasar mulut gak bisa di rem! Beberapa menit kemudian Arya mengirim sms lagi.
“ Merry menurutku siech penampilanku aneh, tapi karna tadi kamu bilang ok, aku jadi percaya diri. Makasih yaa….^_^”. Tuh kannnnn….
“oh it’s ok.!” Jawabku singkat.
Sms itu tak berhenti disitu masih bejibun sms yang dia kirim ke aku, aku mulai heran kenapa Si Mr. mistery itu mau sms aku. Ehmm seneng juga siech,,,, aduhhh tapi gak boleh dech berharap lebih, aku harus sadar dong, Mrs.Zero  tidak mungkin dengan Mr. Hero.
“Ohh,, God,,, hari ini,,,,, hari ini,,,,,, Aaaaaaaaaaaaaaaaa,,,,, Kemana bajukuuu,,, kemana rokku,,,,  aduhhh kesiangan”. Hari ini adalah hari buat lomba dance, tapi kesalahan pertama aku belum bisa menemukan kostumku, kedua aku harus mempersiapkannya sendiri, dan lebih parahnya lagi, AKU TELAAATTT. Oh no,,,, ok jangan panic! Aku coba mencari- cari kostumku yang bercampur dengan tumpukan bajuku yang lain. Setelah selesai aku segera berangkat. Sampai disekolah teman-teman yang lain sudah berdandan sesuai stye mereka, dan aku, datang dengan rambut acak- acakan. “ ya ampun Merry, ini jam berapa? Kenapa baru datang?”,tanya Dea yang juga ikut dance bersamaku. “ aduh iya maaf, maaf, aku kesiangan, abisnya,,,,,”belum selesai aku beralasan, Dea menyambarnya. “ aaaahhh udah ayo sini giliran kamu buat di make up!”Dea menarik tanganku dan mendudukkan aku.  Oh no, make up?? Harus ya?? Aku paling gak suka dipakein make up, tapi dari pada aku merengek untuk tidak di make up, dan takutnya Dea makin cemberut, aku mending diam saja. Beberapa menit berjalan, entah sudah diapakan saja wajahku oleh Dea, yang jelas aku gak nyaman, dan gak PD banget.
“ Hey guys, sorry telat yaa,,,,”. Terdengar suara dari salah saju dancer kelas kita yang juga telat. Aha pasti dia kena marah Dea juga, huhuu tenang Merry, ternyata kamu tidak sendiri.
“ Iya tidak apa-apa, cepet pake kostum kamu yaa,,,,” celetuk Dea dengan sopannya. What, gitu banget siech, kenapa beda siech perlakuannya, siapa siech yang telat tadi aku tak begitu jelas melihatnya. Ohh,,, pantes, dia Arya. Huh dunia gak adil L.Aku tak berani menatapnya, mungkin kejadian semalam hanya aku dan Arya yang tahu. Dia pasti malu kalau sampai ketahuan sms aku. Ok It’s no problem.
Entah aku yang aneh atau dia yang aneh, tapi jelas sekali dia memandangiku begitu aku selesai di make up. Aku hanya tersipu dan menganggap dia tidak ada. Oh God ada apa dengan ku,,,,,???
Kompetisi Dance yang ditunggupun dimulai, kita dapat undian nomor 4, hemb cukup baguslah,,, Arya selalu memberi dukungan dan nasehat agar tidak gugup. Kami harap-harap cemas, hingga tiba waktunya penampilan kami. Kali ini jelas sekali mata itu memandang menusuk mataku, aku hanya diam dan terpaku, tak mampu membalas tatapannya. Akhirnya tiba saatnya pengumuman kami tak berharap banyak, karna dari sekian banyak peserta, kami bukanlah apa-apa. Juara 3pun kami dapat, yaa cukuplah untuk memberi sedikit senyum kepada teman-teman lain.
Setelah acara itu aku segera bergegas kembali kerumah sakit, Dewa yang juga teman sekelasku menawarkan tumpangan. Dengan senang hati, dari pada harus berjalan ke rumah sakit yang lumayan siech jauhnya kalau jalan kaki, akupun langsung melenggang di motor Dewa. Sekilas aku melihat Arya di parkiran, sekali lagi dia menatapku yang berlalu didepannya.
Baru saja aku sampai didepan gerbang rumah sakit, Arya sudah sms.
“Aku tadi nungu kamu, ehh kok malah ditinggal pergi sama Dewa siech?”
“Loh kamu nunggu aku kenapa Ya?”
“ ya sapa  tahu aku bisa antar kamu,kan  arah rumahku sama rumah sakit satu arah”.
“ Yee kamunya gak bilang mana aku tahu juga, ya kapan-kapan ja juga masih bisa kan?”
“ok dech kapan-kapan yaa…”
“ siiplahhh,,,!’
Ya begitulah setiap hari ponselku penuh dengan pesan dari Arya.Aku bisa bercanda bercerit dengan Arya ketika dalam sms, tapi jangan harap ketika kita bertemu langsung kita bisa berbicara apalagi bercanda, berpapasan saja aku kabuuurrr, bagaimana bisa bercanda. Hal ini membuat teman-teman sekelasku tak ada yang tahu tentang apa yang terjadi antara aku dan Arya. Hem baguslah setidaknya mereka tidak curiga.Tapi kalau dipikir-pikir, memang ada apa dengan aku dengan Arya, kami hanya sms-an biasa saja, gak lebih kok kenapa harus malu ketahuan?? Aneh….
Tak terasa situasi seperti ini berjalan 2 bulan, dan tetap, tak satupun orang tahu. Dan hal yang paling mengejutkan adalah,,,,,, “ Hey Merry ayo aku antar kamu pulang, kamu pasti masih berduka atas meninggalnya Opa kamu, dan aku juga pernah janji ke kamu kalau aku akan antar kamu pulang”, kata Arya.
“Emm tapi jangan di depan sekolah seperti ini, nanti kalau anak-anak pada tahu gimana?”
“ok, aku tunggu kamu di jalan depan yaa…”
“ Yup, tunggu situ ja ya Arya”.akupun berjalan ke jalan depan di sana Arya sudah menungguku.
“ Ojek yuuk mbakk,,,,!”, sempat sempatnya Arya bercanda. Akupun diantarnya pulang. Tepat sampai dirumahku, hujan seakan memberi isyarat untuk Arya berdiam sejenak dirumahku. Kamipun mulai bercanda, membicarakan hal yang sebenarnya gak penting juga buat aku. Dia mulai mempertanyakan hubunganku dengan mantan pacarku yang akhir-akhir ini datang kembali, setelah 3 tahun kita tidak bertemu. Sebenarnya aku tak begitu suka menceritakan tentang mantan pacarku itu, tapi entah kenapa, kepada Arya aku ingin sekali menceritakannya.
” Aku tidak ada hubungan lagi dengan dia, tapi kami masih berteman baik, memang kenapa?”seketika itu Arya menyambar tanganku dan,,,,,(to be continue, tar lagi ya, masih capek ngetik nie ^_^)

By:Tka Merrya
                                               

Jumat, 03 Februari 2012

Puisi untuk negri. . .



Tanah Air ku. . .
Enggkau dlu d basahi darah para pahlawan,,
Yg memperjuangkan mu. . .
Engkau dlu d hujani air kringat para pahlawan,,
untk sllu menjagamu. . .

Tpi itu dlu. . .
Cba engkau lht skrg. . .

Tanah air ku. . .
Di basahi darah rakyat sendiri, , ,
hanya karena mereka berebut kekuasa'an. .
Di hujan air mata rakyat,,
hanya karena mereka berebut Uang. .

Pahlawan. . .Pahlawan ku. .Lihat negri ku. . .
Orang2 berdasi menjajah negri q. . .
Mereka mencari kekuasa'an,harta dan pangkat. .

Pahlawan ku. . .
Kecewakah engkau dng generasi penerus mu. .
Benci kah engkau dngan negri mu xg skrg. . . .

Pahlawan tetap pahlawan. .
Negri ku tetap negri ku. .
Akan ku jga enggkau dng nyawa q. . . . . .
 By:suara rakyat (Dawud Susilo )
 

Senin, 14 November 2011

Nessa, Kau Yang Terbaik

Akupun mulai membereskan tumpukan buku-buku hasil coretan di SMP, kini mereka harus bersahabat dengan debu di dalam kotak kardus yang ku simpan di atas loteng. Masa di SMP telah usai dan kini masa di SMA sudah menungguku. Entah cerita buruk atau cerita seru yang nantinya akan ku jalani, yang jelas aku merasa takut setengah mati jika nantinya mereka tahu tentang apa yang sudah ku kerjakan selama ini. Aku begitu takut berteman, yang sudah-sudah, mereka selalu menjauhiku begitu tahu siapa aku.
Hari pertama di SMA kakiku serasa diikat di tiang beton berdiameter 2m, berat tuk melangkah, rasa takutpun selalu menghantui dan seakan mencemooh diriku, menjulurkan lidah sambil berkata, norak, memalukan! Tapi apa daya, ku tak bisa berpaling dari kehidupan ini. “Hai,….kamu masuk di kelas mana, barengan yuk!”,sebuah suara lembut menyadarkanku dari lamunanku. Seorang gadis cantik yang dari penampilannya saja mudah di tebak, dia anak orang kaya. “Eh….em… aku masuk di kelas X-1”. “ Wah kebetulan sekali aku sekelas dengan mu, kalau begitu kita berteman ya, karena sampai sekarang aku masih belum punya temen di sekolah ini,”celotehnya dengan keceriaan yang menggebu-gebu. Seakan merasa terbang keawan yang kemudian di lemparkan sekeras-kerasnya ketanah begitu sadar bila suatu saat nanti pasti dia tidak akan mau berteman lagi denganku, sama seperti temanku dulu. “Namaku Vanessa, kamu bisa panggil aku nessa, umurku 15 tahun hari Rabu ini, rumahku di daerah…..”,sambil berjalan menuju kelas, dia terus memperkenalkan dirinya dengan tempo yang cepat sekali,mungkin sampai tidak sempat mengambil napas. Aku senang bisa berteman dengannya, gadis cantik yang selalu ceria dan penuh semangat. Sampai dikelas kami memilih tempat duduk paling belakang, sebenarnya aku tidak nyaman duduk di belakang, tapi atas desakan Vanessa akhirnya aku tidak bisa menolaknya. Alasannya sih simple, karena dia ingin bisa ngobrol banyak denganku,dan yang tidak boleh ketinggalan, bila duduk di belakang bisa leluasa menyontek disaat ujian. Yah begitulah Nessa, anak yang ceria,usil dan nakal.
Hari pertama di SMA begitu menyenangkan dengan hadirnya Nessa di dekatku. Lama kita mengobrol, dating segerombolan perempuan yang bergaya modis dengan headset yang menggantung di telinga mereka. Mataku tak berkedip malihat betapa cantiknya mereka. Pasti musik yang mereka dengar  adalah lagu –lagu modern, mana mungkin mereka suka dengan musik keroncong, dan mendayu-dayu.” Gita, kamu tidak mendengar ceritaku ya?”, teriakan Nessa yang sadar kalau dia tidak kuhiraukan, membuyarkan lamunanku. “ Eh… maaf ya Nessa tadi aku melamun,maaf ya”, jawabku merasa bersalah. Untungnya Nessa tidak marah dan mulai melanjutkan cerita panjangnya,yang mungkin jika tidak segera dihentikan tidak akan selesei sehari semalam.
Betapa senangnya melihat seorang guru memasuki kelas kami, secara otomatis Nessa mengakhiri cerita panjangnya itu. Untuk pertama kalinya aku merasa senang dengan kehadiran seorang guru, setidaknya aku tidak semakin bosan dengan semua cerita Nessa. “Gita,makasih ya dah mau jadi temen aku, baru kamu yang betah dengar semua ceritaku, kamu memang pendengar yang baik”, ucap Vanessa dengan wajah tak berdosa. “Oh itu, biasa ja kok, ku senang mendengar cerita kamu”, jawabku menghibur. “Wah senangnya punya teman sebaik kamu Gita, baiklah aku berjanji mulai hari ini aku akan menceritakan banyak cerita-cerita seru kepada kamu, kamu pasti akan suka”. What…? Apa dia bilang, ya Tuhan salah apakah aku ini ya Tuhan, setiap hari harus mendengar celoteh Nessa dengan cerita-ceritanya yang tidak ku mengerti. Apa karena aku saat di SMP jarang mengerjakan PR dan tugas? Atau karena aku jarang bersih-bersih rumah? Sampai-sampai aku harus mendapat teman secerewet Nessa. Huch , setidaknya dia sudah mau berteman denganku. Saat ini dia adalah teman terbaikku, kemana aku pergi dia selalu menemaniku, sampai-sampai saat aku ke toilet dia juga ikut. Aku sangat sayang padanya.
Haripun berganti bulan,bulan berganti tahun, tahun-tahun yang menyenangkan bersana Nessa. “ Gita selama aku berteman denganmu aku belum pernah sekalipun kau perbolehkan kerumahmu, jadi nanti pulang sekolah bolehkan aku mampir kerumahmu,ya kumohon”,pinta Vanessa dengan nada manjanya. “Aduh Vanessa akukan sudah bilang jangan kerumahku dulu,rumahkukan jelek”. “Ah kamu pelit banget sih,yaudah dech tidak masalah”,sahut Nessa merasa kecewa.
Sampai di rumah rasa takut itupun muncul lagi, rasa yang sudah lama sekali tidak kurasakan. Aku belum siap, aku belum siap untuk kehilangan Nessa, bagaimanapun caranya Nessa tidak boleh tahu apa yang telah terjadi padaku selama ini. Tuhan tolong jangan rebut satu-satunya sahabat yang saat ini ku punya. Sebenarnya aku yakin kalaupun dia tahu siapa aku, pasti dia tidak akan meninggalkanku, tapi aku malu, sungguh malu dengan hidupku ini. Untuk membiayai bundaku yang sakit-sakitan ayahku harus ekstra keras, hal yang bisa kulakukan hanya berusaha untuk membantunya. Hingga suatu saat ayah terpergok mencuri seekor ayam milik tetangga,hal ini terpaksa dia lakukan karena kami sudah tidak punya apapun untuk dijual tuk berobat bunda. Dari mulai saat itu keluargaku dikucilkan, dan dianggap hina! Kejadian ini tak hanya berpengaruh pada keluargaku, ini juga berimbas pada pergaulanku. Semenjak itu aku selalu dijauhi teman-temanku. Hal itulah yang membuatku menjadi krisis percaya diri. Yang sudah-sudah, aku mendapat celaan dari teman-temanku. “Hah, anak pencuri.., demi uang apapun bias dia lakukan, memalukan sekali sih!”. “ Wah uangnya banyak dong. Yaiyalah banyak, banyak dapet dari mencuri!ha…ha…ha…!” Kata-kata itu seakan menusuk langsung ke dalam inti hati. Apa salahnya sih, aku tidak mencuri tapi kenapa aku yang mendapat imbasnya? Tapi saat ini memang tidak bisa dipunkiri bahwa semua sudah mengenalku dengan sebutan Si anak pencuri, aku pasti sudah dianggap sampah, serta memalukan. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi aku akan tetap bertahan untuk meneruskan sekolahku yang hanya tinggal selangkah lagi.Selama jalan ini masih ku anggap benar aku akan coba tuk berjalan lurus, tanpa menghiraukan apa tanggapan mereka tentang diriku.
            Sampai saat ini Nessa belum tahu masalah ini , karena itu aku melarangnya untuk datang ke rumahku. Aku takut begitu dia tahu kehidupanku yang kelam itu dia tidak mau berteman lagi denganku. Hari ini Nessa memaksaku lagi untuk bersikeras memperbolehkan dia dating mengunjungi rumahku, tapi tetap pada pendiirianku aku tidak akan pernah membiarkan dia lakukan itu. Sepulang sekolah aku langsung bergegas pulang, tapi sebelum itu aku harus membeliikan obat untuk bundaku dulu. Jantungku serasa berhenti berdetak untuk beberapa saat, di depan pintu Nessa sudah menyambutku dengan pipi merah padamnya. Dengan langkah tertatih aku memberanikan diri untuk menghampirinya!Yaaahhhh… seperti yang ku bayangkan, dia mulai berpidato panjang tentang masalah ini, membuat telingaku menjadi semakin panas. Tapi satu hal yang ku syukuri pada Tuhan. Aku punya sahabat yang tak pernah memandang arti sebuah pangkat dalam kehidupan. Meski dia sudah mengetahui semua hal yang terjadi pada hidupku, Nessa tetap setia tuk bersahabat dengan ku.
            Kujalani hariku tanpa rasa takut lagi, Nessa telah meringankan beban di pundakku. Mengerti arti sebuah persahabatan yang tak akan pernah berakgir meski badai topan menerjang. Nessa telah mengajariku arti sahabat yang sebenarnya. Menerima dengan lapang, membuat kelemahan jadi kelebihan, selalu tersenyum jalani hari. Memang Nessa adalah teman yang berharga tuk hidupku. Menyalakan sepercik api dari sebatang kayu yang telah lapuk dan basah. Membuatku berani tuk melangkah.
            Dann……hari ini aku jalani hariku penuh dengan senyum, dan keceriaan, tak ketinggalan disertai cerita-cerita panjang yang terurai dari mulut mungil Nessa. Terimakasih Nessa.

                                                                                                            By: Tka merrya